Remaja (adolescent) adalah fase dimana seorang
anak sedang mengalami proses perubahan menjadi seorang dewasa (adult).
Pada fase inilah biasanya orang tua dan orang dewasa pada
umumnya mulai mengatakan anak sebagai pembangkang, tidak patuh, tidak pikir
panjang, sering emosi, dan berbagai macam “label” lain yang menunjukan
ketidakdewasaan mereka.
Karena sifat-sifat tersebut umum dijumpai pada remaja,
tidak sedikit orang tua yang menganggap sikap tersebut wajar adanya dan tidak
menyadari bahwa anak mereka sebenarnya mengalami stress, bahkan menunjukkan
gejala depresi.
Apa itu depresi?
Depresi adalah salah satu gangguan psikologis dimana
penderitanya merasakan sedih berkepanjangan dan kehilangan semangat hidup, yang
dapat mempengaruhi kondisi fisik seperti masalah pencernaan dan nyeri akut.
Bahkan, tanpa perhatian yang baik depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Untuk
dapat dinyatakan menderita depresi, seserang harus mengalami gejala depresi
setidaknya selama dua minggu.
Apa saja gejala depresi?
Apa saja gejala depresi?
1. Rasa sedih atau gelisah
yang berkelanjutan
2. Waktu tidur yang terlalu
sedikit atau terlalu banyak, disertai dengan bangun tiba-tiba pada tengah malam
atau pagi hari
3. Hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan atau peningkatan nafsu makan dan kenaikan berat badan
4. Hilang minat pada aktivitas
yang pernah dinikmati
5. Gejala medis yang tidak
bereaksi terhadap pengobatan apa pun
6.
Kesulitan untuk
konsentrasi, mengingat hal, dan membuat keputusan
7.
Rasa lelah
8. Rasa bersalah, tidak
berguna, atau putus asa
9.
Pikiran untuk bunuh diri
atau tentang kematian
Mengapa bisa terjadi depresi?
Sesungguhnya fase remaja merupakan fase transisi yang
sensitif, yang dapat membentuk sikap dan tingkah laku pada masanya. Dengan
adanya aspek emosi yang lebih berperan kuat dalam fase remaja, sering kali
remaja tidak dapat menghadapi dengan baik berbagai macam perubahan yang ia
alami. Akhirnya, muncullah stres. Banyak faktor yang mampu menimbulkan stres
pada remaja, yang jika tidak ditangani bisa menyebabkan depresi pada remaja.
Faktor tersebut terdiri dari:
1.
Keinginan untuk mendapatkan
kemandirian
2.
Tekanan untuk menyesuaikan
diri dengan teman sebaya
3.
Rasa ingin tahu akan
identitas seksual
4.
Peningkatan akses ke
teknologi dan media
5.
Kualitas kehidupan di
tempat tinggal
6.
Hubungan dengan teman
sebaya
7.
Kekerasan dari orangtua
8.
Bullying
9.
Masalah sosial dan ekonomi
10. Kekerasan seksual
Selain itu, remaja yang memiliki kondisi kehidupan tidak
layak, mendapatkan stigma dari masyarakat, mengalami tindakan diskriminatif dan
eksklusif, namun kekurangan akses terhadap bantuan, lebih rentan untuk terkena
depresi. Beberapa contohnya adalah, remaja dengan penyakit kronis, remaja
dengan autisme, kehamilan pada remaja, pernikahan di bawah umur, dan remaja
yatim.
Apakah depresi dapat dicegah?
Beberapa cara berikut ini dapat dilakukan untuk menjaga
kesehatan mental remaja:
1. Memiliki banyak teman
Hubungan sehat antara teman
sebaya dapat meningkatkan rasa percaya diri dan menjadi wadah untuk
bersosialisasi.
2.
Memiliki kegiatan
Ikut serta dalam kegiatan olah
raga, ekstrakurikuler, organisasi, hobi, atau pekerjaan sampingan dapat mengarahkan
seorang remaja untuk fokus pada melakukan kegiatan positif dan membantu
mengembangkan minat dan bakat. Perasaan berguna dan mampu akan membuat remaja
lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan dari lingkungannya.
3. Mencari bantuan
4. Ketika masalah yang
dihadapi seorang remaja terlalu berat untuk dihadapi seorang diri, motivasi
remaja untuk berani dan tidak ragu untuk mencari bantuan orang dewasa yang
dapat dipercaya.
Namun, jika kalian sebagai pengurus PIK Remaja menemukan
kasus remaja mulai menunjukkan gejala depresi, segera rujuk atau temui psikolog
atau psikiater untuk evaluasi dan diagnosis lebih lanjut.
Semoga bermanfaat Gennss.
(Sumber : genreindonesia.com/SKATA.INFO Andy William, S.Ked /
Menur Adhiyasasti )
0 Komentar