Mimpi
Indonesia merdeka
sinyal
sepertinya masih jauh di depan mata meski Indonesia sudah menginjak
usia 75 tahun. Mimpi Indonesia merdeka sinyal 2020 sirna setelah Menteri
Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate meralat target
itu.
Angka 2020 dihilangkan dengan alasan pembangunan infrastruktur
telekomunikasi ini berlangsung secara berkelanjutan dan tidak terikat
dengan waktu.
Merdeka sinyal 2020 pertama kali diklaim Kemenkominfo pada pertengahan 2018 dengan adanya pembangunan
Base Transceiver Station (BTS)
Universal Service Obligation (USO) dan Palapa Ring. Kedua hal ini membuat pemerintah percaya diri bahwa Indonesia akan Merdeka sinyal 2020.
Pada kenyataannya, penghapusan target merdeka sinyal seiringan dengan
pengakuan Johnny bahwa ketersediaan infrastruktur telekomunikasi belum
menyentuh seluruh Indonesia.
Pembangunan jaringan tulang punggung Palapa Ring masih membutuhkan
pembangunan lebih lanjut berupa BTS untuk mentransmisikan sinyal
internet di Indonesia.
Kemenkominfo mengatakan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan
Informasi (BAKTI) telah siap untuk membangun sekitar empat ribu BTS
sampai akhir 2020 dengan mengandalkan dana USO. USO sendiri mengharuskan
operator menyetor 1,25 persen dari pendapatan kotor kepada pemerintah.
Pengamat TIK, Hasnil Fajri mengatakan ada beberapa daerah 3T
(Terluar, Terdepan, Tertinggal) yang tak terjangkau. Oleh karena itu,
pemerintah menyiapkan Satelit Satria untuk mengisi titik kosong internet
yang saat ini berjumlah 150 ribu titik.
"Palapa Ring perlu diteruskan Pembangunan last mile hingga ke seluruh
Kecamatan, Kelurahan/ Desa bahkan hingga RT/RW sehingga semua
masyarakat bisa mendapatkan akses internet dengan kecepatan tinggi dan
berbiaya murah," kata Hasnil saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Kamis (13/8).
Hasnil mengatakan Palapa Ring yang mulai beroperasi pada Oktober 2019
lalu tetap membutuhkan operator telekomunikasi untuk menyediakan
layanan bagi masyarakat.
Proyek ini memang akan mengurangi beban investasi operator untuk
membangun infrastruktur jaringan dari nol secara signifikan. Akan
tetapi, beberapa operator ada yang belum memanfaatkan Palapa Ring di
lokasi-lokasi tertentu karena pertimbangan bisnis.
Sebab Palapa Ring juga menjangkau beberapa kota 3T (Terluar,
Terdepan, Tertinggal) yang dianggap belum layak (feasible) dari
perspektif bisnis.
"Partisipasi operator telekomunikasi untuk gunakan Palapa Ring masih
rendah terutama untuk wilayah Indonesia bagian Timur karena secara
bisnis kurang menguntungkan," ujar Hasnil.
Pada Maret 2020, Direktur Utama BAKTI Anang Latif mengatakan dari
total kapasitas yang tersedia, Palapa Ring Barat sudah terutilisasi
sebesar 27 persen, Palapa Ring Tengah 9 persen dan Palapa Ring Timur
sudah terutilisasi 16 persen.
Menanggapi rendahnya utilisasi Palapa Ring, Hasnil menyarankan agar
pemerintah memberikan subsidi agar operator hendak menggunakan Palapa
Ring.
"Oleh sebab itu mesti ada subsidi dari Pemerintah ke operator agar
mereka tertarik gunakan backbone Palapa Ring yang dibangun pemerintah,"
tutur Hasnil.
0 Komentar