Malang, 22/11/2022 - Kerap dianggap sebagai tarian sakti, tari piring
ternyata menyimpan banyak misteri. Tarian yang berasal dari Sumatera Barat ini
menampilkan ritual menginjak beling di tengah-tengah tariannya. Hal ini
tentunya menimbulkan pertanyaan di benak para penonton. Mengapa kakinya tak
terluka?. Berkembang sejak awal abad ke-12 tarian ini sudah berusia sangat tua.
Namun, tetap eksis dalam perkembangan tari dan kreasinya.
Tari Piring biasanya ditampilkan dalam upacara kesuburan, seperti
upacara pesta panen sebagai rasa syukur atas berhasilnya panen. Seiring
perkembangan zaman, tarian ini sudah banyak dipentaskan pada berbagai kegiatan.
Keunikan yang dimiliki tari piring adalah ketika sang penari memecahkan piring
di tangan dan menginjak-injaknya tanpa terluka.
“Sebenarnya siapa pun yang menjadi penari yang menginjak beling ini bisa saja terluka, namun jika dikaitkan dengan unsur mistis memang ada karena logikanya saja tidak mungkin kaki yang memiliki kulit yang tipis dibanding bagian tubuh lainnya tidak terluka ketika menginjak bahkan melompat-lompat di atas pecahan kaca, terdengar mustahil bukan?” Ujar Fazri A.S. seorang pelatih tari piring sejak tahun 2018 di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat.
Dalam kepercayaan masyarakat setempat, tari piring yang murni tarian
tradisi untuk kepentingan adat biasanya diiringi dengan beberapa ritual seperti
membaca doa khusus untuk para penari agar selamat ketika menginjak beling, dan
beberapa ritual lainnya. Beberapa mitos yang berkembang di masyarakat adalah
ketika sang penari terluka ketika menginjak pecahan kaca, maka ada yang sedang
memiliki niat jahat kepadanya.
Beberapa hal unik lainnya adalah penari yang akan menginjak pecahan kaca
pada tari piring ini dianjurkan untuk tidak melakukan gladi / latihan menginjak
piring sebelum acara di hari H.
“Bukannya tidak boleh, biasanya pelatih mengantisipasi penari akan
terluka sebelum tarian digelar” Ucap Fazri dengan tegas.
Di beberapa daerah di Sumatera Barat, bahkan ada gelaran tari piring
yang melakukan ritual bakar menyan sebelum perform,
minum air putih yang sudah diberi doa-doa, dan lain sebagainya.
“Satu hal lagi yang harus diketahui khalayak, bahwa biasanya selain
melakukan ritual berupa doa-doa, ada teknik menginjak beling yang harus
dipelajari oleh penari. Sebenarnya tarian ini bisa saja dijelaskan tanpa unsur
mistis, namun kepercayaan di masyarakat juga harus kita hormati” Sambung Fazri.
0 Komentar